30 January 2012

Hafalan Shalat Delisa

Walaupun saya tak berkesempatan nak membaca karya Tere Liye ini lagi disebabkan bukunya habis di kedai, namun saya berkesempatan menonton filemnya di Astro First. Memang filemnya membuatkan saya menangis ;). Tersentuh dengan ketabahan hati Delisa selepas kehilangan ibu dan tiga kakaknya. Filem ini juga sesuai sebagai bahan tontonan bersama anak-anak. Banyak pengajaran yang boleh dikutip.

Walau apa pun buku ini akan saya dapatkan juga sebagai bahan bacaan saya dan juga sebagai koleksi peribadi bersama-sama buku Indonesia yang lain (karya A. Fuadi, Andrea Hirata dan Pramoedya Ananta Toer). Sinopsis filemnya boleh dibaca di bawah.




‘Delisa cinta Ummi karena Allah’


Delisa (Chantiq Schagerl) gadis kecil kebanyakan yang periang, tinggal di Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh, mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahadian), Ayahnya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak Internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi)



26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara



Delisa berhasil diselamatkan Prajurit Smith, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana



Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya, Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan




2 comments:

aidura_sofiee said...

gdiz, wajib utk membacanya. novel ini amat meruntun hati. :)

ns said...

aidura - ya, kena cari. Kebetulan malam td tgk info tv astro, ada pasal pembikinan filem ni, ada sekali Tere Liye ;)